Selasa, 31 Juli 2012

FUNGSI NPWP DAN NPPKP

FUNGSI NPWP DAN NPPKP


Fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah sebagai berikut
a. Dipergunakan untuk bisa mengetahui identitas Wajib Pajak yang sebenarnya, sehingga setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP.
b. Sarana dalam administrasi perpajakan
c. Berguna untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Sedangkan fungsi dari NPPKP(Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena pajak) adalah sebagai berikut
1. Dibergunakan sebagai identitas pengusaha kena pajak yang sebenarnya
2. Berguna untuk admnistrasi pemenuhan Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan barang Mewah.
3. Berguna untuk pengawasan administrasi perpajakan.

Senin, 23 Juli 2012

Ramadan

Mari datang langsung dan berpartisipasi dalam pemutaran film dokumenter Truth in Numbers? Everything, According to Wikipedia
Sabtu, 28 Juli 2012, pukul 11.00—13.00, @America, Pacific Place, Jakarta.
Gratis dan terbuka untuk umum. Info lebih lanjut, hubungi info@wikimedia.or.id

Jumat, 13 Juli 2012

Indonesia: Demokrasi Transaksional


Indonesia: Demokrasi Transaksional

OPINI | 03 March 2012 | 23:02 Dibaca: 173   Komentar: 0   Nihil
Kata-kata demokrasi selalu terdengar lantang ditelinga kita, namun apakah kita mengetahui apakah itu demokrasi?. Dan bagaimanakah sistem demokrasi yang selama ini dianut oleh bangsa Indonesia.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Itulah demokrasi yang selama ini bergaung ditelinga kita, namun pada implementasinya sistem demokrasi hanya dijadikan alat kaum imprealis dan kapitalis untuk melenggangkan jalannya ‘mencengkeram’ Negara dunia ketiga dan Negara berkembang. Tak terkecuali Indonesia ‘tercinta’.
Pada kenyataannya, implementasi dari demokrasi tersebut sungguh sangat menyengsarakan rakyat Indonesia. Karena demokrasi di Indonesia hanya berlaku pada saat pemilihan Umum (PEMILU) saja.
Memang tak salah jika SOE HOK GIE mengatakan bahwa politik itu ‘tai kucing’ karena, demokrasi kita hanya sebatas PEMILU saja. Dan bisa dikatakan demokrasi hanya untuk yang mempunyai uang, tidak berlaku untuk wong cilik. Tidak bisa kita pungkiri, menjelang PEMILU para calon beramai-ramai memberikan janji-janji yang begitu ‘surgawi’, akan menjanjikan pendidikan gratis, kesehatan gratis, kesejahteraan sosial, persamaan hak dimata hokum. Namun kembali lagi semua itu hanya sebatas ‘OMDOalias omong doang.
Penyakit Para Pemimpin Negeri
Setelah para pemimpin itu berkuasa, maka mereka tiba-tiba terserang penyakit lupa ingatan, bahkan bisa dibilang permanen. Mereka lupa akan janji-jani mereka kepada rakyat yang memilihnya.
Para pemimpin itu lebih sibuk dengan proyek-proyek yang akan mereka ‘mainkan’ agar ‘menebalkan’ isi rekeningnya. Bahkan tak segan-segan untuk menggunakan uang rakyat untuk kepentingan pribadinya.
Lingkaran Iblis Demokrasi Transaksional
Ada pribahasa tak ada asap jika tak ada api, tak ada peawaran jika tak ada permintaan. Para pemimpin negeri ini tak ada bedanya dengan boneka kaum imprealis dan kapitalis, mereka akan rela mengorbankan apapun demi dirinya dan golongannya (Partai). Dan sudah menjadi rahasia umum juga jika pemimpin yang ‘bersih’ pasti akan tersingkir oleh sistem demokrasi transaksional made in Penguasa, Pengusaha dan politikus.
Pada awal Indonesia merdeka, sebenarnya bisa dikatakan tidak mempunyai hutang ‘asli’ kepada Negara manapun. Dan hutang Indonesia kepada pihak asing adalah warisan dari pemerintah kolonial. Dan sebenarnya Indonesia bisa membayar semua hutang itu, karena Indonesia mempunyai Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu banyaknya, seperti Emas di papua, Batu Bara di Kalimantan, Minyak diblok Cepu, Indramayu, laut lepas, dan masih banyak SDA lainnya yang belum ditemukan. Namun sayangnya pemerintah begitu bodohnya menyerahkan itu semua kepihak pengusaha asing yang notabene adalah kaki tangan kaum-kaum kapitalis dan imprealis yang tak akan berhenti sampai kapanpun untuk menyedot “darah, daging, dan tulang’ ibu pertiwi.
Pada saat pemerintah dan penguasa ‘kong kalikong’ merekayasa proyek, anggaran, dan data maka para politikus dengan ‘sadar’nya melegalkan itu semua, karena mereka juga pasti kecipretan uang ‘setan’ itu.
Demi kepentingan segelintir orang untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, maka mereka rela mengorbankan kepentingan rakyat. Bahkan tak heran jika kemajuan perekonomian Indonesia hanya ditopang oleh beberapa glintir orang saja tanpa diimbangi dengan kesejahteraan bagi rakyat kecil.
Pada saat perusahaan property berlomba-lomba membangun apartemen dan perumahan ditempat-tempat yang seharusnya menjadi tempat resapan air, hutan bakau dll, maka pada saat itu juga banyak rakyat miskin yang menjadi tuna wisma. Pada saat para anak pejabat, konglomerat, dan politkus menikmati makanannya dihotel berbintang lima, maka pada saat yang sama pula warga miskin memakan nasi aking, gaplek makan-makanan yang tidak bisa dikatakan layak untuk dikonsumsi manusia.
Maka jangan heran jika kecukupan gizi untuk orang Indonesia secara rata-rata dibawah normal, sehingga tak kaget jika kita mendengar berita masih banyak anak Indonesia yang bergizi buruk dan busung lapar seperti yang terjadi di Nusa Tenggara dan papua.
Demokrasi Asli Indonesia
Selama Indonesia masih menganut sistem demokrasi transaksional, “ada uang semua lancer”. Maka jangan harap Indonesia akan merdeka 100%. Perlu adanya kesadaran individu untuk menciptakan sistem demokrasi yang sesungguhnya. Dan kesadaran individu akan timbul jika rakyat Indonesia mendapatkan pendidikan. “jangan biarkan hak-hak kita dirampas oleh para pemerintah khianat, pengusaha licik, dan politikus busuk”. Demokrasi tidak mati, namun demokrasi sedang tertidur panjang, oleh karena itu kita sebagai rakyat Indonesia wajib untuk membangunkannya. Demokrasi Pancasila adalah karakter bangsa, yang selama ini sengaja dihilangkan oleh para penghianatnya, karena Demokrasi Pancasila yang hanya bisa menyainyi bahkan mengalahkan demokrasi transaksional ala kapitalis dan imprealis (Amerika dan kroni-kroninya).